Selamat siang, teman!
Apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam lindungan Allah. Aamiin. Pernah gak sih kamu ngerasa galauuu banget? Atau mungkin pernah berpikir gini, "kenapa sih ujian ini berat banget?" "kenapa sih harus aku yang menghadapinya?" "aku rasanya gak kuat!" Ayo, siapa yang pernah berpikir seperti ini?Hmmm, sebenarnya perasaan galau, sedih, duka cita itu wajar untuk dirasakan setiap manusia. Bahkan, Allah sendiri yang mengatakan dalam Q.S. Al-Baqarah : 214
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ، مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ
وَالضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتَّى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ ؛ أَلاَ إِنَّ نَصْــرَ
اللّهِ قَرِيْبٌ .
Artinya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
Gimana? Wah, ternyata wajar ya, kalau kita sedih. Bukankah, mata yang Allah ciptakan ini, tidak hanya berperan sebagai indera penglihatan, tapi juga mampu mengeluarkan air mata sebagai penenang, manakala kita bersedih.
Bukankah, mulut yang Allah ciptakan ini juga bersifat lunak, tidak hanya mampu digerakkan saat tersenyum, tapi juga mampu mengekspresikan diri saat kita bersedih.
Dan bukankah, wajah yang Allah ciptakan ini, juga bersifat lentur, tak kaku seperti kayu, batu, atau tembok, jadi bisa berekspresi juga disaat senang, sedih, maupun marah
Alhamdulillah ya, ternyata itu juga merupakan bagian dari nikmat-Nya. Kalau dihitung-hitung, jumlah nikmat yang Allah berikan, jauh lebih banyak bahkan bisa dibilang tak terbatas jumlahnya daripada ujian yang diberi.
Dan tetap perlu diingat ya teman, bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya. Gak percaya? Yuk kita buka Qur'an lagi, salah satunya dalam Q.S. Al-Baqarah: 286
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا............
Artinya : Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kemampuannya.....
So, buat kamu yang masih ngerasa gak kuat, tenang bestie!
Allah sendiri yang menjanjikan, "kamu itu kuat, kamu itu mampu, makanya hanya dirimu yang ditimpakan ujian itu!"
Dan yakinlah, setiap orang pasti punya porsi ujiannya masing-masing. Jadi, jangan iri sama rumput tetangga yang terlihat lebih hijau ya, teman. Karena kita tak pernah tau, dibalik itu semua, ujian apa yang Allah berikan padanya. Belum tentu, kita juga bisa kuat, jika menghadapi ujian serupa. Allah yang Maha Mengetahui, sedangkan kita hanya dapat mengetahui sebatas apa yang terlihat semata.
Jadi, gimana donk solusinya?
Yuk kita simak firman Allah, dalam Q.S. Al-Insyirah : 5-6
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya : “Maka sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Menurut Tafsir yang dijelaskan Quraish Shihab bahwa ada ulama yang menyatakan: “Apabila terulang satu kata dalam bentuk definit maka kata pertama dan kedua mempunyai makna atau kandungan yang sama, berbeda halnya jika kata tersebut berbentuk indefinit.” Pada ayat 5 kata (العسر) al-‘usr berbentuk definit (memakai alif dan lam) demikian pula kata tersebut pada ayat 6. Ini berarti bahwa kesulitan yang dimaksud pada ayat 5 sama halnya dengan kesulitan yang disebutkan pada ayat 6, berbeda dengan kata (يسرا) yusran (kemudahan).
Kata tersebut tidak dalam bentuk definit, sehingga kemudahan yang disebut pada ayat 5 berbeda dengan kemudahan yang disebut pada ayat 6, hal ini menjadikan kedua ayat tersebut mengandung makna “setiap kesulitan akan disusul/dibarengi dengan dua kemudahan.”
Pernyataan ini diperkuat menurut penjelasan dari Imam Malik ra. yang meriwayatkan bahwa Abu ‘Ubaidah Ibn al-Jarrah, sahabat Nabi Muhammad Saw yang memimpin pasukan Islam menghadapi Romawi pada masa pemerintahan ‘Umar Ibn al-Khatab, menyurati khalifah ‘Umar ra., sambil menggambarkan kekhawatirannya menghadapi kesulitan melawan Romawi, maka jawaban yang diterimanya dari beliau adalah: “Bila seorang mukmin ditimpa suatu kesulitan, niscaya Allah akan menjadikan sesudah kesulitan itu kelapangan karena sesungguhnya satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kelapangan.”
Jadi intinya, yuk kita bersabar atas ujian yang Allah datangkan. Walupun rasanya beraaat banget, tapi yakin deh, bersama kesulitan pasti akan ada kemudahan. Ujian yang kita rasa hanya sementara koq, InsyaAllah akan selalu ada solusinya. Yang penting kita harus berikhtiar untuk senantiasa bersabar atas ujian yang diberi. Dan sabar itu bukan bersifat statis ya, teman, melainkan dinamis. Bukan berarti kita tak perlu melakukan apa-apa. Tapi, kita harus berikhtiar maksimal menghadapi masalah yang datang, dan barulah kita pasrahkan mengenai hasilnya pada Allah semata.
Selanjutnya, seperti yang dijelaskan para ulama bahwa kemudahan yang Allah berikan lebih banyak dari kesulitan yang kita hadapi, artinya kita tak boleh hanya berfokus pada ujiannya saja, tapi juga harus peka' dengan banyaknya nikmat Allah yang telah diberikan. Salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara memperbaiki kualitas ibadah kita. "Ayo, sudah sekusyu' apa ketika kita sholat?" Atau hanya raga dan mulut saja yang bergerak, tapi hati tak kunjung tergerak. Katanya ingin ditolong Allah, tapi masak tak meminta dengan sepenuh hati. "Bismillah, yuk secara perlahan, kita tingkatkan melibatkan Allah dalam segala hal, baik dalam kesedihan maupun dalam kesenangan.
"Tetap Semangat ya, teman!"
Semoga Allah senantiasa melapangkan hati kita, memberkahi dan meridhoi setiap langkah kita. Aamiin.
Comments
Post a Comment